Kamis, 29 Oktober 2009

GARAM DAN AIR DANAU


Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung. “Kenapa kau selalu murung Nak??Bukankah banyak hal yang indah didunia ini?Kemana perginya wajah bersyukurmu?”sang guru bertanya.

“Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum, masalah datang seperti tak ada habis-habisnya.”jawab sang murid.
Sang guru terkekeh,”Nak, ambillah segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari, biar kuperbaiki suasana hatimu itu”. Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat, ia laksanakan perintah dari gurunya itu lalu kembali lagi membawa gelas dan garam yang diminta.
“Coba ambil segenggam garam dan masukkan kegelas air itu, setelah itu coba kau minumlah sedikit.”kata sang Guru.
Si muridpun melakukannya, wajahnya kini meringis karena meminum air asin.”Bagaimana rasanya?” tanya sang guru.

“Asin dan perutku jadi mual”, jawab si murid dgn wajah yang masih meringis. Sang guru tertawa melihat wajah muridnya itu.
“Sekarang ikut aku kedanau” kata sang guru, “Ambillah garam yang tersisa dan tebarkan kedanau”.
Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa kedanau tanpa bicara. Rasa asin dimulutnya belum hilang, ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya tapi tak dilakukannya.

Rasanya tak sopan meludah dihadapan gurunya, begitu pikirnya.

“Sekarang coba kau minum air danau itu” kata sang Guru. Si murid menangkupkan kedua tangannya mengambil air danau dan meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir ditenggorokannya sang Guru bertanya “Bagaimana rasanya?”.

“Segar, segar sekali” kata si murid. Tentu saja, danau ini berasal dr aliran sumber air diatas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil dibawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa dimulutnya.
“Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?” tanya sang guru. “Tidak sama sekali” kata simurid sambil meminum lagi air di danau itu sampai puas.
“Nak…Semua masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam, tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami di sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir kedunia ini pun demikian. Tidak ada seorangpun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah”.
Si murid terdiam, mendengarkan.

“Tapi Nak, rasa ‘asin’ dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya qalbu yang menampungnya. Jadi Nak..supaya kita tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau. Ingat 5S-mu: Sholat, Syukur, Sabar, Senyum dan Sedekah. Hidup ini terlalu singkat, dan buat hidup itu selalu yang baik dan indah. Buat hatimu (Qalbu) sebesar danau dan berzikirlah..supaya hidup kita indah seindah jika kita berzikir”…J


SALAM SABAR..

Tidak ada komentar: