Rabu, 11 Agustus 2010

RITUAL BALIMAU : PRO KONTRA MANDI SUCI

   
Tak ada keraguan saat menunjuk Sumatera Barat sebagai salah satu pusat Islam di Indonesia. Bahkan nilai-nilai Islam di daerah ber ibukotakan Padang ini sudah menyatu dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya.
Sebagai gambarannya bisa dipetik dari makna ungkapan adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, syarak mangato adat mamakai. Maksudnya, hukum adat berdasarkan hukum agama, hukum agama berdasarkan Al-Qur'an. Ketentuan adat dan tradisi di sana tak boleh bertentangan dengan hukum agama. Itulah sebabnya, tradisi yang tak bertentangan dengan agama tetap hidup. 

Kendati demikian, ada juga tradisi yang masih hidup kendati sudah melahirkan pro dan kontra. Salah satunya adalah Tradisi Balimau yang biasanya dilakukan sehari sebelum masuk ramadhan. Menjelang sore, warga mandi massal di sungai dan danau. Sungai Batang Kalawi, Lubuk Minturun, Lubuk Paraku, Lubuk Hitam dan Kayu Gadang, adalah lokasi favorit mandi Balimau ini.

Sejumlah penduduk bahkan membawa daun pandan, buah limau, bunga mawar, kenanga, dan melati. Semua bahan balimau dimasukkan ke wadah berisi air dan dengan air inilah mereka mandi lalu bercebur ke dalam sungai. Ini bak mandi kembang yang menebar keharuman. 

Konon, dari sinilah muncul istilah Balimau. Mereka percaya, mandi ini selain membersihkan juga menyucikan diri. Bahkan setelah mandi mereka juga saling bermaaf-mafan. Ini dilakukan agar mereka nyaman saat menjalankan ibadah puasa di bulan ramadhan. 

Memang dalam Islam tak ditemukan ajaran seperti Balimau ini. Itulah sebabnya, tradisi ini sempat melahirkan kecaman dari tokoh agama di Padang. Tradisi ini dinilai peninggalan Hindu yang umatnya mensucikan diri di Sungai Gangga, India. 

Balimau dianggap mirip dengan Makara Sankranti, yaitu saat umat Hindu mandi di Sungai Gangga untuk memuja dewa Surya pada pertengahan Januari, kemudian ada Raksabandha sebagai penguat tali kasih antar sesama yang dilakukan pada Juli-Agustus, lalu Vasanta Panchami pada Januari-Februari sebagai pensucian diri menyambut musim semi.

Namun, niat menyucikan yang dilakukan warga Minang tentu saja berbeda dengan umat Hindu. Tak ada pula pelarangannya. Apalagi dalam tradisi ini juga ada sentuhan ke-Islam-an, yaitu beramaaf-maafan menjelang ibadah puasa. 

Hanya saja yang menjadi masalah, saat Tradisi Balimau berlangsung kerap terjadi perbuatan yang dinilai maksiat. Misalnya, ada yang menjadikan Tradisi Balimau sebagai ajang pacaran. Bahkan tak sedikit lelaki yang memelototi tubuh wanita yang lekuk tubuhnya terlihat jelas sebab badannya terbalut kain basah. 

Kelakuan sebagian orang itulah yang membuat tokoh agama di Minang meradang, sehingga menuding Tradisi Balimau lebih banyak mudharatnya dari pada manfaatnya. Sehingga tokoh agama ada yang menentang tradisi terus dihidupkan. Sebab, mereka menilai tradisi itu sudah tak sejalan dengan filosofi “adat bersendikan syarak”.

Sebenarnya tradisi mandi suci menyambut ramadhan ini bukan hanya terjadi di Tanah Minang saja. Di sejumlah daerah juga melakukan hal yang sama. Misalnya warga Riau melakukannya di Sungai Kampar. Istilahnya juga mirip dengan di Minang, yaitu Balimau Kasai. 

Di kawasan Jawa, tradisi mandi suci disebut dengan Padusan. Ini dilakukan di setiap pelosok kampung. Juga dilakukan sehari menjelang ramadhan. Padusan adalah simbol mensucikan diri dari kotoran dengan harapan bisa menjalankan puasa dengan diawali kesucian lahir dan batin. Tempat mandi yang dicari adalah yang alami. Sebab mereka percaya sumber air yang alami adalah air suci yang menghasilkan tuah yang baik.


Jumat, 16 Juli 2010

TENTUKAN ARAH KIBLAT YANG TEPAT


Siang Ini, Matahari di Atas Ka'bah
Cahaya matahari yang masuk melalui kusen rumah bisa jadi patokan kiblat.
JUM'AT, 16 JULI 2010, 04:00 WIB
Ita Lismawati F. Malau, Beno Junianto
Salat atau sembahyang ashar di kaki Jembatan Suramadu (Antara/ Eric Ireng)

VIVAnews - Majelis Ulama menyempurnakan redaksional fatwa terkait arah kiblat salat umat muslim di Indonesia, dari Barat menjadi Barat Laut. Salah satu patokan untuk mengetahui arah Barat Laut adalah posisi matahari. 

"Arah (kiblat) kita bergeser 25 derajat dari Barat," kata Profesor riset Astronomi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin, Kamis malam, 15 Juli 2010.

Lebih lanjut dia menjelaskan, matahari berada tepat di atas Mekkah atau Ka'bah pada hari ini, 16 Juli 2010. Cahaya matahari yang masuk melalui kusen rumah bisa jadi patokan kiblat. "Kita lihat bayangan dari sinar matahari." 

Selain itu, kata dia, masyarakat juga bisa menggunakan kompas sebagai panduan. Untuk Jakarta, arah salat digeser 25 derajat dari Barat ke arah Barat Laut. "Masyarakat juga bisa meng-klik www.qiblalocator.com," kata dia. 

Tak cukup itu, Thomas memberikan alternatif lain dengan menggunakan bayangan menara. "Menara yang ada lampunya, asumsikan itu sebagai Ka'bah. Bayangannya yang kita jadikan kiblat." (hs)


Sumber: http://nasional.vivanews.com/news/read/164876-siang-ini--matahari-di-atas-ka-bah

Senin, 28 Juni 2010

MARI BERKHITAN

Makna KHITAN dalam bahasa Arab adalah bagian yang dipotong dari kemaluan laki-laki atau perempuan. Pendapat lain mengatakan khitan adalah nama bagian, berupa kulit yang tersisa setelah dipotong. Orang yang mengkhitan dinamakan 'al-khatin'.

Dalil yang Mensyariatkan Khitan
Dari Abu Hurairah ra: "Saya mendengar Rasulullah saw bersabda :'Fitrah itu ada lima: khitan, mencukur bulu sekitar kemaluan, memotong kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak'".
Dari abu Hurairah ra: "Nabi Ibrahim berkhitan dalam usia 80 tahun, dengan memakai beliung"
Q.S an- Nahl:123 :"Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), 'Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif ...."

Hikmah disyariatkannya khitan
Khitan disyariatkan karena mengandung beberapa manfaat, diantaranya menambah kesucian, memelihara kebersihan, menambah kecantikan, serta menstabilkan syahwat.
Ibnul Qayyim berkata, "Khitan adalah sebaik-baik syariat yang Allah syariatkan kepada hambaNya, karena mengandung hal yang sangat baik dalam bidang lahir dan bathin. Khitan adalah pelengkap fitrah yang diciptakan Allah untuk manusia. Agama yang paling sempurna adalah agama nabi Ibrahim a.s, dan asal disyariatkannya khitan adalah untk menyempurnakan agama."Ketika allah berjanji kepada Nabi Ibrahim a.s bahwa Dia akan menjadikan Ibrahim sebagai seorang pemimpin, Dia juga menegaskan bahwa Dia akan menjadikan Ibrahim sebagai bapak dari beberapa bangsa. Dia akan menjadikan keturunan Ibrahim sebagai raja dan Nabi, memperbanyak keturunannya, serta akan memberikan tanda khusus kepada dia dan keturunannya. Tanda khusus itu adalah dikhitannya setiap anak mereka yang lahir. Khitan adalah indikator masuknya seseorang kedalam agama Nabi ibrahim a.s."

Sesungguhnya Nabi Ibrahim tidak akan mengerjakan khitan dalam usia 80 tahun seandainya tidak diperintahkan oleh Allah. Ibnu Hajar berkata, "Nabi ibrahim a.s diperintahkan berkhitan dalam usia 80 tahun. Beliau segera melaksanakan perintah itu dengan menggunakan kampak, tetapi ternyata menimbulkan penyakit yang agak parah. Beliau berdo'a kepada Allah SWT dan Allah menurunkan wahyu kepadanya, "Sesungguhnya engkau terburu-buru berkhitan sebelum Kami beritahukan alat apa yang harus engkau gunakan."  Nabi Ibrahim menjawab, "Wahai Tuhanku, saya tidak suka untuk menunda-nunda perintah-Mu."

Saudaraku.... Apakah kita masih menunda-nunda perintah-Nya ?!