Ketika kita
berbicara tentang cinta di bulan Ramadhan, tentunya yang terpikir kan oleh
kita adalah bagaimana meraih cinta Allah di bulan yang penuh berkah ini. Karena
di bulan Ramadhan, Allah ta’ala benar-benar 'obral' pahala. Namun sangat
disayangkan, karena dalam prakteknya sangat sedikit orang yang berusaha untuk
meraihnya, bahkan ada sebagian orang, yang tidak mau tau cara untuk meraih cinta-Nya.
Ada persepsi
yang kurang tepat, bahwa Ramadhan adalah bulan Puasa. Ramadhan bukan bulan
puasa. Al-Qur’an pun tdak pernah menyebutkannya. Dalam Al-Qur’an disebutkan
bahwa bulan Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an, “(Beberapa hari yang ditentukan
itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan)
Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antar yang Haq dan yang Bathil.” (Q.S
Al-Baqarah:185).
Ada fenomena
ketidak-seimbangan masyarakat dalam memaknai bulan Ramadhan, ketika mereka
memaknainya dengan bulan puasa. Dalam sebuah hadits disebutkan tentang
keutamaan puasa, “Orang yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala
di surga, Allah swt. akan mengampuni seluruh dosanya yang telah lalu.” [HR. Bukhari dan Muslim].
Dalam hadits
yang lain disebutkan tentang keutamaan qiyamullail (tarawih), “Orang yang malaksanakan qiyamullail di bulan Ramadhan dengan penuh
keimanan dan mengharap pahala di surga, Allah swt. akan mengampuni seluruh
dosanya yang telah lalu.” [HR.
Bukhari dan Muslim].
Menanggapi kedua hadits
itu, kebanyakan orang mengatakan bahwa Ramadhan adalah bulan puasa, dan hampir
tidak ada yang mengatakan bahwa Ramadhan adalah bulan tarawih. Padahal puasa
dan tarawih sama keutamaannya dalam kedua hadits di atas. Kedua hadits itu juga
disebutkan dalam sumber yang sama, yaitu Shahih Bukhari dan Muslim. Disebabkan
persepsi inilah mungkin muncul fenomena shalat tarawih yang kian hari kian
sepi. Walaupun di awal Ramadhan, masjid-masjid tidak bisa menampung jamaah.
Padahal di waktu yang sama, perhatian orang pada puasa tidak berubah, orang
tetap menjaga puasanya.
Orang rela menahan
haus dan lapar, tapi lisannya sering menyakiti orang lain, bahkan ada yang rela
tidak melakukan pekerjaan berat hanya untuk menambah jam tidurnya. Rasulullah
bersabda, “Betapa banyak orang yang
berpuasa, tapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya itu kecuali lapar dan
dahaga.” (H.R Ahmad)
=dari berbagai sumber ...