Sabtu, 31 Oktober 2009

BIBIT DAN CHANDRA DITAHAN ?! Innalillahi....


JAKARTA - Penahanan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) nonaktif Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah tidak memengaruhi proses sidang uji materi undang-undang KPK di Mahkamah Konstitusi (MK). 

Sidang uji materi yang diajukan Bibit dan Chandra itu tetap akan digelar sesuai jadwal, Selasa 3 November pekan depan pukul 11.00 WIB. "Ini tidak berpengaruh, sidang di MK kan pengujian undang-undang," ujar Hakim Konstitusi, Abdul Mukhtie Fadjar di kantornya, Jakarta, Kamis (29/10/2009).

Ditanya pendapatnya tentang penahanan tersebut, Mukhtie Fadjar menolak berkomentar. "Saya tidak bisa menilai di luar otoritas MK menilai. Kita hanya bisa menyatakan inalillahi saja," ujarnya. Mukhtie Fadjar tampak hati-hati saat berpendapat. "Jadi, cepet-cepetan ya," katanya tanpa menjelaskan lebih detail maksud ucapannya. 

Yang menjadi pertanyaan, apakah kondisi ini akan berjalan terus menerus tanpa ada jaminan dari pemerintah bagi penggiat korupsi.

"Pemberantasan korupsi merupakan agenda nasional dan dijamin oleh undang-undang," ujar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat jumpa pers di Istana Negara, Jakarta, Jumat (30/10/2009).

SBY menambahkan, dirinya meminta kepada semua pihak untuk menjalankan amanah UU.

"Juga tidak mengaitkan satu isu, lantas dianggap pemerintah tidak serius menangani," tandasnya.

Pada jumpa pers itu, SBY juga mengigatkan agar tidak sembarangan menggunakan kata "kriminalisasi" dalam sebuah kasus.

Tadi pagi, Mahkamah menyetujui permohonan putusan sela yang diajukan Bibit dan Chandra ihwal pemberlakuan pasal pemberhentian tetap dalam undang-undang KPK.

Tak hanya itu, Mahkamah juga memerintahkan KPK menyerahkan rekaman yang diduga berisi bukti rekayasa kasus Bibit dan Chandra oleh oknum polisi dan jaksa. Rencananya MK akan mencocokkan rekaman itu dengan transkrip yang telah beredar luas di media massa dalam sidang lanjutan Selasa, 3 November, pekan depan.

Dari: Okezone.com 

Jumat, 30 Oktober 2009

WARISAN PALING BERHARGA


DIKISAHKAN pada suatu hari Abu Hurairah ra berdiri di pasar kota Madinah. Kemudian ia berkata kepada para pedagang, "Wahai para pedagang, mengapa kalian masih belum menutup dagangan kalian ?"
          Mereka bertanya kebingungan, "Ada apa kiranya ya Abu Hurairah?" Lalu Abu Hurairah menjawab, "Apakah kalian tidak tahu kalau warisan Muhammad saw telah dibagi-bagikan, kalian masih saja berada disini. Apakah kalian tidak ingin mengambil bagian kalian ?"
         Dengan keinginan yang meluap-luap mereka bertanya serius, "Dimana ya Abu Hurairah ?" "Di masjid Rasulullah," jawab Abu Hurairah. Setelah diberitahu demikian, para pedagang itu segera bergegas pergi ke masjid Rasulullah saw, sedangkan Abu Hurairah tetap disitu dan tidak ikut pergi.
             Namun, tak berapa lama kemudian para pedagang itu kembali ke pasar. Lalu Abu Hurairah bertanya kepada mereka, "Mengapa kalian kembali?" Mereka menjawab dengan nada kesal, "Ya abu Hurairah, kami telah datang ke Masjid Rasulullah, tapi setibanya disana kami tidak melihat adanya sesuatu yang dibagi-bagikan oleh Rasulullah."
           Abu Hurairah bertanya lagi memancing, "Apakah kalian tidak melihat seorangpun di dalam masjid?"  Kami hanya melihat orang-orang yang sedang shalat, mengaji Al-Qur'an, dan ada sebagian sedang mempelajari soal-soal yang halal dan haram, " jawab para pedagang itu agak sewot.
          Mendengar uraian para pedagang btersebut, Abu Hurairah pun menjelaskan, "Wahai para pedagang, ketahuilah itulah warisan Muhammad saw yang paling berharga untuk kalian."

           Nah, sekarang anda para pedagang, pegawai, petani, birokrat, dan semuanya, "Sudahkah kita mengambil bagian kita dari warisan tersebut, hari ini?"

Kamis, 29 Oktober 2009

GARAM DAN AIR DANAU


Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung. “Kenapa kau selalu murung Nak??Bukankah banyak hal yang indah didunia ini?Kemana perginya wajah bersyukurmu?”sang guru bertanya.

“Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum, masalah datang seperti tak ada habis-habisnya.”jawab sang murid.
Sang guru terkekeh,”Nak, ambillah segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari, biar kuperbaiki suasana hatimu itu”. Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat, ia laksanakan perintah dari gurunya itu lalu kembali lagi membawa gelas dan garam yang diminta.
“Coba ambil segenggam garam dan masukkan kegelas air itu, setelah itu coba kau minumlah sedikit.”kata sang Guru.
Si muridpun melakukannya, wajahnya kini meringis karena meminum air asin.”Bagaimana rasanya?” tanya sang guru.

“Asin dan perutku jadi mual”, jawab si murid dgn wajah yang masih meringis. Sang guru tertawa melihat wajah muridnya itu.
“Sekarang ikut aku kedanau” kata sang guru, “Ambillah garam yang tersisa dan tebarkan kedanau”.
Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa kedanau tanpa bicara. Rasa asin dimulutnya belum hilang, ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya tapi tak dilakukannya.

Rasanya tak sopan meludah dihadapan gurunya, begitu pikirnya.

“Sekarang coba kau minum air danau itu” kata sang Guru. Si murid menangkupkan kedua tangannya mengambil air danau dan meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir ditenggorokannya sang Guru bertanya “Bagaimana rasanya?”.

“Segar, segar sekali” kata si murid. Tentu saja, danau ini berasal dr aliran sumber air diatas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil dibawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa dimulutnya.
“Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?” tanya sang guru. “Tidak sama sekali” kata simurid sambil meminum lagi air di danau itu sampai puas.
“Nak…Semua masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam, tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami di sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir kedunia ini pun demikian. Tidak ada seorangpun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah”.
Si murid terdiam, mendengarkan.

“Tapi Nak, rasa ‘asin’ dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya qalbu yang menampungnya. Jadi Nak..supaya kita tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau. Ingat 5S-mu: Sholat, Syukur, Sabar, Senyum dan Sedekah. Hidup ini terlalu singkat, dan buat hidup itu selalu yang baik dan indah. Buat hatimu (Qalbu) sebesar danau dan berzikirlah..supaya hidup kita indah seindah jika kita berzikir”…J


SALAM SABAR..